Mulailah aku menjelajahi dunia maya, ditemani segelas susu panas dan
teman-temannya tadi. Aku membuka mIRC, dan mencoba chatting dengan
beberapa netter lain, tak lama kemudian aku akhirnya online dengan
beberapa cowok, satu diantaranya menarik perhatianku, dia memakai
nickname [hujanderas] yang kebetulan sama dengan keadaan diluar. Dia
bilang, dia berumur 28 tahun, bekerja di salah satu Trading Company di
Bandung juga, dan kebetulan belum married, walaupun terus terang aku
tidak mempercayai sepenuhnya, tetapi aku menanggapinya juga, karena dia
lebih sopan dibandingkan yang lain, dan dari segi bahasa yang digunakan
juga menunjukkan dia (mungkin) seseorang yang 'berkelas', hal itu
membuatku untuk men-disconnect cowok-cowok lainnya, dan hanya melayani
chat dengan si [hujanderas] saja.
Ternyata [hujanderas] orang
yang menyenangkan juga, dan lumayan berwawasan luas, segala hal yang aku
omongkan 'nyambung', hingga kadang secara tidak sadar aku senyum-senyum
sendiri di depan layar monitor PC-ku, mirip orang yang tidak waras.
Lumayan lama aku chatting dengannya hingga tak terasa waktu sudah
menunjukkan pukul 4 dinihari, gelas susu panas tadi sudah lama kosong,
begitu juga toast yang sudah tandas duluan, lalu akupun mulai merasakan
mataku berat dan badanku penat, akhirnya setelah memutuskan untuk
bertemu dengannya sore nanti, aku segera beranjak tidur.
Aku
tidur nyenyak sekali, rupanya aku benar-benar kelelahan setelah
semalaman chatting dengan [hujanderas]. Aku terbangun oleh dering
telepon yang terletak di meja kecil tepat di samping tempat tidurku.
Dengan malas kuraih gagang telepon yang berbentuk boneka Garfield itu,
seseorang menyapaku di ujung sana.
"Din, elo masih tidur gini hari?!" ternyata Lisa.
"Mmm.. elo di mana Lis..?" suaraku terdengar serak karena aku memang masih ngantuk berat.
"Masih
di rumah Jakarta, ntar gue pulang dua hari lagi kok, udah dulu yah..
met tidur lagi deh.. hi.. hi.. hi.. 'Klik!" telepon ditutup.
"Sableng.." kataku dalam hati. Mataku melirik ke arah weker, "Gila, udah jam setengah satu siang.."
Dengan
malas aku turun dari tempat tidurku, lalu kubuka tirai jendela kamarku,
di luar hari sangat terang, matahari bersinar dengan cerahnya, kulihat
ke bawah salah satu pembantuku yang masih muda, si Imas sedang menyiram
tanaman, aku menikmati sebentar udara luar yang masuk ke kamarku, lalu
aku mulai melakukan senam-senam kecil, meregangkan otot-otot tubuhku
yang terasa kaku, setelah sedikit berkeringat, aku turun ke lantai
bawah.
"Selamat siang Neng Dini, mau makan apa neng..?" sapa pembantuku yang lain lagi.
"Tolong bikinin telur dadar pakai kornet ya Bik," pintaku.
"Baik Neng.."
Aku
lalu membuka kulkas, kutuang segelas orange juice dingin dalam gelas
dan meneguknya habis, lalu tak lama kemudian aku makan dengan telur
dadar kornet dan sup panas sambil membaca The Jakarta Post edisi hari
itu. Beberapa berita di koran membuatku berharap agar tidak ada lagi
fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar, karena kalau hal itu
terjadi maka itu bakalan menjadi suatu pekerjaan lagi bagiku di kantor.
Selesai
makan aku beranjak lagi ke atas, lalu masuk kamarku lagi, kuambil
bathrobe dan towel, lalu aku mulai mandi. Entah mengapa, tiba-tiba dalam
kamar mandi aku mencoba membayangkan si [hujanderas] tadi, walaupun
semalam aku sudah melihat fotonya yang dikirimkan padaku, dimana dia
terlihat lumayan tampan, tetapi karena aku belum melihatnya secara
keseluruhan (karena fotonya hanya setengah badan) maka dalam bayanganku
dia bertubuh tegap, dan atletis. Lalu dalam keadaan telanjang bulat di
dalam kamar mandi, aku mulai merangsang diriku sendiri.
Tanpa
sadar tanganku mulai menggerayangi bagian-bagian sensitif sekujur
tubuhku. Anganku melayang membayangkan seolah cowok itu datang
memelukku, lalu menciumi tubuhku dengan mesra, hingga kurasakan tubuhku
merinding, lambat namun pasti kurasakan tangannya meremas dadaku yang
kenyal, jemarinya memelintir puting-putingnya dengan lembut, hingga
kedua putingku mengacung keras. Aku mulai mengejang dan dia mulai
berbuat lebih jauh lagi, tangannya menelusup di selangkanganku, lalu
membelai lembut gumpalan daging lunak penuh bulu, menyibakkannya lalu
menelusupkan tiga jarinya, menggosok dan mengucek-ngucek klitoris dalam
liang kewanitaanku hingga aku makin mendesah-desah penuh kenikmatan,
tubuhku mulai berkeringat sementara rongga bagian dalam kewanitaanku
mulai licin, basah dan berdenyut-denyut hangat, aku makin tak tahan
lagi.
Sesaat kemudian aku segera membuka laci toilet, dan kuambil
vibrator berbentuk kemaluan laki-laki berulir dengan panjang sekitar 30
cm, yang digerakkan tenaga baterai, dan segera menghidupkannya.
Batangan plastik itu bergerak-gerak dan bergetar perlahan, aku lalu
memasukkannya senti demi senti dalam lubang kewanitaanku dan.., "Srett..
srett..!" kubayangkan cowok itu menghunjamkan batang kejantanannya
menembus dalam-dalam lubang kewanitaanku menyungkal hingga ke
pangkalnya, sampai aku merasakan geli namun nikmat luar biasa, akibat
gesekan dinding-dinding lubang kewanitaanku dengan permukaannya yang
berulir. Kurasakan hawa hangat mulai menjalari seluruh saraf tubuhku,
berpusat dari pangkal selangkanganku.
Mulailah aku
mengocok-ngocokkan batang bergetar itu keluar masuk liang kewanitaanku,
hingga batang itu berlumuran lendir bening hangat kental yang berbau
khas, aku sendiri makin mengerang-erang pelan, keringatku makin banyak.
"Ohh.. mmhh.. sshh.. aahh.. ahh.. ouwfouwww.. hhmmhh.." Akhirnya setelah
berulang kali batang itu keluar masuk dalam liang kewanitaanku,
kurasakan sesuatu mendesak dari dalam tubuhku, seakan-akan ada sesuatu
yang akan meledak, aku mencoba bertahan dan tanganku makin menggila
mengucek-ucek liang kewanitaanku sampai-sampai sebagian lendir hangatnya
meleleh, berleleran di antara paha dan pantatku. Hingga akhirnya aku
tak bisa lagi menahannya dan.., "Auuhh! oohh! aahh! ouww! hehhsshh!"
maka jebollah pertahananku, kurasakan sesuatu meledak dari lubang
kewanitaanku, begitu nikmat menjalari seluruh saraf tubuhku, hingga
kurasakan badanku melayang ringan dan seakan-akan seluruh persendian
tubuhku berlolosan. Tubuhku bergetar hebat, dan mataku terpejam erat,
sedang nafasku terengah-engah menikmati sensasi luar biasa. Aku mencapai
klimaks.
Dalam keheningan kamar mandiku, aku bermasturbasi
gara-gara membayangkan bersetubuh dengan seseorang yang aku sama sekali
belum pernah ketemu, setelah nafasku teratur, aku menyeka keringat
tubuhku dengan handuk, kusimpan lagi vibrator berulir yang telah
'berjasa' itu setelah sebelumnya mencucinya bersih-bersih, dan akhirnya
aku mulai benar-benar mandi. Kurasakan kesegaran luar biasa saat air
hangat mengguyur tubuhku dari shower.
Tak lama aku sudah selesai
berdandan. Aku merasa seksi sekali hari itu, kukenakan hipster hitam
dengan tank top dan cardigan-nya, sengaja aku hanya memoles sedikit
make-up pada wajahku, setelah menyemprotkan Aqua Di Gio pada tubuhku,
aku segera menyambar tas tangan Prada dan kunci kontak Honda Estillo
hitamku, lalu turun ke bawah.
"Mau pergi Neng?" tanya pembantuku yang sudah agak tua.
"Iya Bi, tolong si Imas suruh bukain pintu garasi!" perintahku.
"Jaga
rumah baik-baik ya Bik, kunci semua pintu dan jendela, kalau ada orang
yang nggak dikenal, jangan biarkan masuk.." sambungku lagi. Aku selalu
mengingatkan pembantuku dalam hal keamanan, karena aku tinggal sendirian
di rumah, dan hanya ditemani mereka berdua saja.
Kemudian aku
sudah meluncur ke arah Dago bawah, matahari sudah mulai condong ke
Barat, aku ingin jalan-jalan sebentar cuci mata di Galleria BIP,
melewatkan waktu sebentar sebelum jam 5 sore, dimana aku ada janji
dengan si [hujanderas] nanti. Aku melihat baju-baju yang ada di
gerai-gerai Galleria Matahari, coba-coba beberapa potong, dan akhirnya
tanpa kurencanakan aku membeli dua potong pakaian Invio, dua botol kecil
nail enamel dan satu clear mascara. Aku selalu saja tak bisa menahan
nafsu belanjaku apabila sedang berjalan-jalan.
Aku bergegas pergi
saat kulihat arloji di pergelangan tanganku menunjukkan pukul lima
kurang seperempat. Aku menyempatkan untuk menghubungi nomor HP si
[hujanderas] dengan telepon kartu, sengaja aku tidak menghubunginya via
HP-ku, karena aku tidak ingin dia mengetahui nomor HP-ku. Dia mengatakan
sudah berada di Caf? itu menungguku, memberitahuku warna bajunya dan
tempat duduknya, akupun mengatakan warna baju dan ciri-ciriku padanya.
Lalu aku berjalan menuju Caf? Victoria yang ada di dekat pintu masuk BIP
II, dan segera menemukannya duduk sendirian. Aku lalu berkenalan
dengannya, dan mengambil tempat duduk di hadapannya, lalu beberapa saat
kemudian aku sudah terlibat obrolan ringan dengannya, dan aku tidak
memerlukan waktu yang lama untuk mengetahuinya bahwa dia sangat berbeda
dari bayanganku, dan berbeda pula dari semua hal yang dia telah katakan
semalam dalam chatting. Aku menilainya sebagai pria yang arogan sekali,
walaupun wajahnya lumayan bersih, tetapi tidak cukup tampan dan bahkan
tidak mempunyai sex appeal sama sekali, untuk bisa memenuhi kriteriaku.
Aku
benar-benar kecewa, tetapi aku masih bisa bersikap wajar menghadapinya.
Hingga kira-kira setelah satu setengah jam aku menghabiskan waktuku
dengannya, aku meninggalkannya dengan satu alasan yang kukarang.
Beruntung dia tidak berkeberatan hingga aku bisa langsung pergi tanpa
meninggalkan nomor HP-ku padanya, jadi tak ada jejak yang tertinggal.
"Weekend yang konyol.." aku tertawa sendiri dalam hati.
Akhirnya
sisa weekend-ku kuhabiskan dengan sendirian lagi di rumah, dari kejadian
itu paling tidak aku mengambil hikmahnya, bahwa lain kali aku tidak
akan pernah berharap banyak pada sesorang yang kutemui dalam cyberspace.
Untuk itulah aku berbagi pengalamanku ini dengan rekan wanita lainnya,
agar berhati-hati menghadapi setiap netter pria di internet, dan jangan
keburu 'GR' dengan pujian dan kata-kata manis yang banyak diobral,
kadang sikap santun yang tertangkap hanyalah jebakan dengan penuh
muslihat dibaliknya. So, be careful girls don't do stupid things like I
did.. OK?
TAMAT
Tidak ada komentar:
Posting Komentar