Pada pertengahan bulan Maret tahun 1990-an, desaku kedatangan
sekelompok mahasiswa yang akan melakukan KKN. Mungkin karena ini adalah
baru pertama kalinya desaku jadi tempat tujuan KKN sehingga penduduk
desaku sangat gembira mendengar akan ada mahasiswa yang akan ikut
membantu meringankan beban dalam membangun desa kami terutama kepala
dusunnya.
Kebetulan rumah tinggal yang di pinjamkan oleh kepala
dusun untuk sekelompok mahasiswa itu bersebelahan dengan rumah saya,
sehingga secara otomatis saya jadi dapat berkenalan dengan mereka.
Mereka beranggotakan delapan orang, lima di antaranya cowok, tiga yang
lainya cewek. Kebanyakan mereka bukan orang Yogya asli. Mereka ada yang
berasal dari Bandung, Sumatra, dan Sulawesi, cuma satu orang yang
berasal dari Yogya.
Mereka ditugaskan oleh kepala dusun desa saya
untuk membangun sebuah kamar mandi umum untuk sarana desa yang selama
ini belum terbangun. Setiap hari, ketika mereka sibuk dengan pekerjaan
mereka, aku selalu memperhatikan salah satu anggota cewek dari ketiga
mahasiswi tersebut. Ia bernama Windy, usianya sekitar 22 tahun, lebih
tua 3 tahun denganku saat itu. Tingginya sekitar 167 cm, asalnya dari
Bandung. Para pembaca tahu sendiri kan kalau orang Bandung umumnya
berkulit putih mulus.
Aku selalu memperhatikan Windy karena
tubuhnya yang indah dan bahenol itu, ia memakai BH yang berukuran
mungkin sekitar 34 atau lebih, karena memang payudaranya sangat
menonjol, apalagi saat kerja ia hanya mengenakan kaus ketat dan memakai
celana gunung hanya pada bagian atasnya saja, mungkin karena panas
sehingga bagian bawahnya tidak dipakainya saat bekerja, meskipun saat
berdiri hanya sampai lutut, tetapi saat berjongkok atau duduk bersila,
pahanya yang putih mulus itu sangat terlihat jelas dan saat berkeringat,
BH-nya terlihat jelas karena tercetak terkena keringat. Aku jelas
sangat tergoda dan bernafsu, apalagi di desaku jarang melihat cewek
putih secantik dia.
Suatu ketika, saat mereka sedang bekerja
keras, entah mengapa Windy minta diantarkan temannya ke tempat
tinggalnya yang berjarak sekitar 200 m dari tempat kerjanya, aku
langsung mengikutinya karena hanya gadis itulah yang aku sukai tubuh
seksinya.
Sesampai di rumah mereka, Silvi teman Windi yang
mengantarkannya, diminta Windi untuk segera kembali ke teman-temannya
untuk membantu pekerjaan yang sedang mereka kerjakan agar cepat selesai.
Mungkin karena kelelahan, ia langsung pergi ke kamar mandi untuk
menyegarkan diri. Karena rumah yang ditempatinya bukan termasuk rumah
orang kaya maka kamar mandinya pun juga sederhana sekali, pintunya saja
hanya terbuat dari seng yang tidak bisa tertutup rapat, bagian bawahnya
terbuka sekitar 5 cm, dan bagian kanan atau kiri pintu juga mudah
diintip. Aku sudah hafal dengan bentuk kamar mandi ini karena aku sering
mengintip diam-diam dua anak Pak Kadus yang masih SMP dan SMU saat
mereka mandi. Meskipun mereka berwajah manis tetapi masih kalah putih
dan seksi dibandingkan si Windi.
Aku masuk lewat halaman belakang
karena kamar mandinya juga terletak di halaman belakang. Mungkin karena
sudah merasa aman setelah pintu depan ditutup dan dikunci rapat, ia
mandi dengan santai sambil menyanyi-nyanyi lagu pop Britney Spears
kesukaannya. Saat aku mulai mengintip, ia sedang berjongkok untuk
kencing sehingga aku mulai khawatir kalau-kalau ia melihatku sebab ia
berjongkok menghadap pintu depan kamar mandi sedangkan aku mengintipnya
dari bawah pintu. Tetapi untungnya ia hanya melihat ke bawah lantai.
Saat
ia kencing itulah aku merasa terangsang. Vaginanya terlihat jelas
karena terbuka lebar dengan bulu-bulunya yang keriting dan lebat, dan
yang paling kusukai dari dia tentunya adalah karena ia masih perawan.
Aku jadi ingin merasakan bagaimana rasanya vagina cewek yang masih
perawan karena selama ini aku hanya berpacaran dan berhubungan intim
dengan wanita yang sudah tidak perawan dan tidak secantik dia.
Setelah
ia selesai mandi, aku ingin segera keluar dari rumah itu, tapi karena
hari itu hujan, aku terpeleset saat memanjat tembok dan menyenggol pot
tanaman hingga ia langsung keluar dari kamar mandi dengan hanya menutup
handuk untuk melihat suara apa itu dan langsung memergokiku.
"Loh Mas, kok disini, lagi ngapain kamu Mas?".
"Eh.. Emm.. Aku ee.. Lagi manjat tembok tapi kepeleset", ujarku beralasan.
Karena
sudah tak tahan melihat tubuhnya yang putih mulus dan wangi itu aku
mendekatinya dan tanpa basa-basi langsung kusekap mulutnya. Dengan mudah
aku dapat meringkusnya dengan mengikat tangannya karena di tempat itu
terdapat banyak tali-tali tambang, dan kuseret dia ke dalam kamar tidur
entah milik siapa. Di situ aku buka ikatannya dan langsung kurebut
handuknya sehingga ia telanjang bulat.
"Jangan Mas, jangan, kita kan tetangga", ia hanya dapat menangis dan memohon-mohon saat aku melepaskan semua bajuku.
"Emang gue pikirin, aku dah nggak tahan ngeliat tubuh seksi lu!!", bentakku.
Pistolku
yang berukuran 18 cm ini langsung tegak menodong ke arahnya. Aku
langsung menubruk dia. Karena ia melakukan perlawanan terpaksa aku
menampar dan sedikit mencekiknya, karena hanya dengan cara inilah ia
akhirnya dapat lemas dan menyerah tanpa membuat lecet kulit putih
mulusnya. Aku mulai menciumi bibir tipisnya dan menjilati wajahnya
sambil meremas-remas payudara dan memelintir putingnya, lalu aku melumat
payudara dan menggigiti putingnya.
"Aah.. Aah sakit Mas!", rintihnya lalu aku mulai meletakan penisku di atas vaginanya.
"Jangan digituin Mas, ampun Mas", ia memohon sambil mengeluarkan air matanya.
"Santai aja Mbak, enak kok"
"Jangan
Mas, jangan.. Aacchh.. Aacch.. Uucch sakit.. Ooch!!", ia menjerit
kesakitan saat aku berusaha keras memasukkan penisku ke dalam vaginanya
yang masih tertutup rapat.
Lalu kubalik posisi tubuhnya sehingga
ia berlutut dan kutampar-tampar pantatnya hingga memerah, sambil
kujilat-jilat pantat mulusnya.
"Wow, pantat Mbak indah juga, bulet tapi juga sekal banget"
Saat
hampir kumasukkan penisku ke duburnya tiba-tiba pintu terbuka dan ada
orang masuk. Windi tahu bahwa itu pasti temannya sehingga ia langsung
berterika meminta tolong. Orang itu mendengar teriakan Windi lalu
langsung menuju kamar ini hingga ia terkejut bukan main begitu juga
denganku
"Hey, sedang apa kau?"
"Eh.. Mm anu aku.." aku bingung menjawabnya.
Windi
sempat lega melihat salah seorang temannya datang. Teman pria Windi itu
sempat ingin marah ketika Windi akan kusodomi. Tetapi ketika ia melihat
kemolekan tubuh Windi, ia jadi terdiam sesaat. Mungkin ia juga
terangsang, karena saat aku melihat bibirnya ia mengucapkan kata "Wow"
dengan lirih secara tidak sengaja. Tanpa disangka ia lalu malah memberi
suatu penawaran kepadaku.
"Kalo lu ngasih aku bagian dari tubuh sexy ini, aku nggak bakalan ngomong ama tetangga sebelah, OK?"
"Oh boleh saja, kita nikmati bareng-bareng aja." tentu saja aku setuju dari pada dikeroyok masa.
Dia langsung membuka bajunya yang sudah basah terkena hujan.
"Loh,
Rob kamu ini gimana sih, aku ini temanmu" Windi merasa kecewa ketika ia
melihat temannya itu sedang mengeluarkan batang kejantanannya dari
CD-nya.
"Iya aku juga tau lu ini temanku, tapi kan cuman teman KKN
aja dan selama ini aku selalu terangsang ngeliat tubuh lu saat ngintip
lu mandi, he.. he.. he", ujarnya.
Aku langsung melanjutkan
kegiatanku tadi. Saat Windi masih berdebat dengan temannya, langsung
saja kumasukkan penis 18,5 cm-ku ini ke lubang duburnya.
"Robi, kamu ini kurang aj.. Aacchh.. Aach.. Oocch!!" ia menjerit kesakitan.
"Ooch.. Aacch.. Yes wauw biar seret tapi enak tenan Win duburmu!!", ujarku.
Temannya pun tak tinggal diam, ia langsung menyodorkan batang kemaluannya ke wajah Windi.
"Nah Win entot nih kontolku, ha.. ha.. ha!!", ia memaksa membuka mulut Windi dengan menjambaknya.
"Please Rob, please.. mmph.. mmphh!".
Windi
merasakan siksaan sampai hampir muntah, karena memang ia belum pernah
mengulum penis seseorang. Kugenjot-genjot penisku, karena aku senang
jika melihat payudaranya bergoyang-goyang.
"Aach.. Oocchh.. Yes!!".
Akhirnya
kusemprotkan cairan spermaku ke lubang duburnya. Si Robi pun ikut
menyemburkan cairan kentalnya ke mulut Windi dan memaksanya untuk
menelan semuanya dan menjilati sisa-sisa sperma yang masih menempel di
penisnya. Lalu kami beristirahat sebentar sambil merokok dan menonton
film porno di ruang tengah. Lalu temannya yang ternyata bernama Robi itu
mampir ke warung sebelah untuk membeli vitamin penambah tenaga dan obat
kuat.
Setelah 30 menit, hari masih hujan lebat sehingga
teman-temannya yang lain kemungkinan masih akan lama pulangnya. Kami pun
meneruskan memperkosa Windi. Ia mengira penderitaanya sudah berakhir
karena saat aku menghampirinya, ia sudah memakai CD-nya kembali. Ia pun
terkejut saat aku menghampirinya sehingga ia melakukan sedikit
pemberontakan tapi tidak berhasil lalu langsung kutampar hingga jatuh
dan Robi melepaskan kembali CD-nya.
"Tolong sudahi saja Rob, aku sudah cape", mohonnya.
"Hey aku kan belum nyoba vagina lu tau!"
Robi
berbaring telentang di kasur dan mengangkat tubuh Windi dengan posisi
tengkurap menghadap dirinya, dan langsung menghujamkan penisnya ke
vaginanya.
"Aacchh.. Uucchh.. Sst tolong, udah aja Rob, sakit..!", rintihnya.
Tanpa
kutunggu-tunggu, aku langsung ikut menunggangi tubuh Windi dan
memasukan penisku ke vaginanya sehingga penisku dengan penis Robi
bergesekan dalam satu vagina hingga lapisan klitoris Windi robek dan
berdarah.
"Aacchh.. Aacch.. Uucch.. Sstt aduuh sakit banget, toloong!!"
Setelah
sekitar 25 menit, Robi menyemprotkan spermanya dulu lalu mencabutnya,
dan tubuh Windi kubalikkan telentang. Lima menit kemudian ganti aku yang
menyemprotkan cairan hangat dan kentalku. Aku pun lemas dan menindih
tubuh seksinya tapi tidak langsung mencabut penisku dari vaginanya.
Windi pun juga sudah sangat lemas tidak berdaya.
Karena hujan
sudah mulai agak reda, Robi langsung mengeluarkan HP-nya dan memfoto
bagian-bagian vital tubuh telanjang Windi untuk mengancam Windi agar
tidak membuka mulut kepada siapapun. Lalu kami memakaikan bajunya. Saat
kemudian 2 orang lagi temannya datang, kami terlihat sedang menonton TV
bersama. Meskipun wajah Windi terlihat sedih, mereka tidak mengetahui
dan tidak mempedulikannya karena memang hubungan mereka belum begitu
akrab sebab mereka semua berbeda jurusan apalagi baru saling kenal
beberapa hari. Tetapi beberapa hari kemudian, Windi akhirnya mengaku
kepada keluarganya bahwa ia telah diperkosa oleh saya dan temannya saat
KKN, sehingga kami pun ditangkap oleh polisi dan dipenjara selama 2,5
tahun.
Setelah kejadian itu, warga desa saya menjadi trauma
karena takut kejadian itu akan terulang lagi dan itu telah memperburuk
nama desaku. Sejak saat itu jika ada KKN lagi, penduduk desa saya
meminta para anggota KKN khususnya cewek harus berpakaian sopan dan
tidak merangsang, karena pemuda di desaku memang jarang keluar desa,
sehingga agak mudah terangsang jika melihat cewek cantik dengan pakaian
yang sedikit menggoda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar