Aku dan Juraga
Pertama aku kerja dan berangkat ke kota Jember
tepatnya di perumahan daerah kampus. Aku terkagum-kagum dengan rumah
juragan baruku ini, disamping rumahnya besar halamannya juga luas.
Juraganku sebut saja namanya Pak Beni, Ia Jajaran direksi Bank ternama
di kota Jember, Ia mempunya dua Anak Perempuan yang satu baru saja
berkeluarga dan yang bungsu kelas 3 SMA namanya Kristin, usianya
kira-kira 18 tahun. Sedangkan istrinya membuka usaha sebuah toko busana
yang juga terbilang sukses di kota tersebut, dan masih ada satu pembantu
perempuan Pak Beni namanya Bik Miatun usianya kira-kira 27 tahun.
Teman
Kristin banyak sekali setiap malam minggu selalu datang kerumah kadang
pulang sampai larut malam, hingga aku tak bisa tidur sebab harus nunggu
teman Non Kristin pulang untuk mengunci gerbang, kadang juga bergadang
sampai pukul 04.00. Mungkin kacapekan atau memang ngantuk usai bergadang
malam minggu, yang jelas pagi itu kamar Non Kristin masih terkunci dari
dalam. Aku nggak peduli sebab bagiku bukan tugasku untuk membuka kamar
Non Kristin, aku hanya ditugasi jaga rumah ketika Pak Beni dan Istrinya
Pergi kerja dan merawat tamannya saja.
Pagi itu Pak Beni dan
Istrinya pamitan mau keluar kota, katanya baru pulang minggu malam
sehingga dirumah itu tinggal aku, Bik Miatun dan Non Kristin. Jam sudah
menunjukkan pukul 08.00 tapi Non Kristin masih belum bangun juga dan Bik
Miatun sudah selesai memasak.
"Jono, aku mau belanja tolong pintu gerbang dikunci."
"Iya Bik!" jawabku sambil menyiram tanaman didepan rumah. Setelah Bik Miatun pergi aku mengunci pintu gerbang.
Setelah
selesai menyiram taman yang memang cukup luas aku bermaksud mematikan
kran yang ada di belakang. Sesampai didepan kamar mandi aku mendengar
ada suara air berkecipung kulihat kamar Non Kristin sedikit terbuka
berarti yang mandi Non Kristin. Tiba-tiba timbul niat untuk mengintip.
Aku mencoba mengintip dari lubang kunci, ternyata tubuh Non Kristin
mulus dan susunya sangat kenyal, kuamati terus saat Non Kristin
menyiramkan air ke tubuhnya, dengan perasaan berdegap aku masih belum
beranjak dari tempatku semula. Baru pertama ini aku melihat tubuh
perempuan tanpa tertutup sehelai benang. Sambil terus mengintip,
tanganku juga memegangi penisku yang memang sudah tegang, kulihat Non
Kristin membasuh sabun keseluruh badannya aku nggak melewatkan begitu
saja sambil tanganku terus memegangi penis. Aku cepat-cepat pergi, sebab
Non Kristin sudah selesai mandinya namun karena gugup aku langsung
masuk ke kamar WC yang memang berada berdampingan dengan kamar mandi,
disitu aku sembunyi sambil terus memegangi penisku yang dari tadi masih
tegang.
Cukup lama aku di dalam kamar WC sambil terus membayangkan
yang baru saja kulihat, sambil terus merasakan nikmat aku tidak tahu
kalau Bik Miatun berada didepanku. Aku baru sadar saat Bik Miatun
menegurku,
"Ayo.. ngapain kamu."
Aku terkejut cepat-cepat kututup resleting celanaku, betapa malunya aku.
"Ng..
nggak Bik.." kataku sambil cepat-cepat keluat dari kamar WC. Sialan aku
lupa ngunci pintunnya, gerutuku sambil cepat-cepat pergi.
Esoknya
usai aku menyiram taman, aku bermaksud ke belakang untuk mematikan
kran, tapi karena ada Bik Miatun mencuci kuurungkan niat itu.
"Kenapa kok kembali?" tanya Bik Miatun.
"Ah.. enggak Bik.." jawabku sambil terus ngeloyor pergi.
"Lho
kok nggak kenapa? Sini saja nemani Bibik mencuci, lagian kerjaanmu kan
sudah selesai, bantu saya menyiramkan air ke baju yang akan dibilas,"
pinta Bik Miatun.
Akhirnya akupun menuruti permintaan Bik Miatun.
Entah sengaja memancing atau memang kebiasaan Bik Miatun setiap mencuci
baju selalu menaikkan jaritnya diatas lutut, melihat pemandangan seperti
itu, jantungku berdegap begitu cepat
"Begitu putihnya paha Bik
Miatun ini" pikirku, lalu bayanganku mulai nakal dan berimajinasi untuk
bisa mengelus-ngelus paha putih Bik Miatun.
"Heh! kenapa melihat begitu!" pertanyaan Bik Miatun membuyarkan lamunanku
"Eh.. ngg.. nggak Bik" jawabku dengan gugup.
"Sebentar
Bik, aku mau buang air besar" kataku, lalu aku segera masuk kedalam WC,
tapi kali ini aku tak lupa untuk mengunci pintunya.
Didalam WC
aku hanya bisa membayangkan paha mulus Bik Miatun sambil memegangi
penisku yang memang sudah menegang cuma waktu itu aku nggak merasakan
apa-apa, cuma penis ini tegang saja. Akhirnya aku keluar dan kulihat Bik
Miatun masih asik dengan cucianya.
"Ngapain kamu tadi didalam Jon?" tanya Bik Miatun.
"Ah.. nggak Bik cuma buang air besar saja kok," jawabku sambil menyiramkan air pada cuciannya Bik Miatun.
"Ah
yang bener? Aku tahu kok, aku tadi sempat menguntit kamu, aku penasaran
jangan-jangan kamu melakukan seperti kemarin ee..nggak taunya benar,"
kata Bik Miatun
"Hah..? jadi Bibik mengintip aku?" tanyaku sambil menunduk malu.
Tanpa banyak bicara aku langsung pergi.
"Lho..
kok pergi?, sini Jon belum selesai nyucinya, tenang saja Jon aku nggak
akan cerita kepada siapa-siapa, kamu nggak usah malu sama Bibik "
panggil Bik Biatun.
Kuurungkan niatku untuk pergi.
"Ngomong-ngomong gimana rasanya saat kamu melakukan seperti tadi Jon?" tanya Bik Miatun.
"Ah nggak Bik,"jawabku sambil malu-malu.
"Nggak gimana?" tanya Bik Miatun seolah-olah mau menyelidiki aku.
"Nggak usah diteruskan Bik aku malu."
"Malu sama siapa? Lha wong disini cuma kamu sama aku kok, Non Kristin juga sekolah, Pak Beny kerja?" kata Bik Miatun.
"Iya malu sama Bibik, sebab Bibik sudah tahu milikku," jawabku.
"Oalaah gitu aja kok malu, sebelum tahu milikmu aku sudah pernah tahu sebelumnya milik mantan suamiku dulu, enak ya?"
"Apanya Bik?" tanyaku
"Iya rasanya to..?" gurau Bik Miatun tanpa memperdulikan aku yang bingung dan malu padanya.
"Sini kamu.." kata Bik Miatun sambil menyuruhku untuk mendekat, tiba-tiba tangan tangan Bik Miatun memegang penisku.
"Jangan
Bik..!!" sergahku sambil berusaha meronta, namun karena pegangannya
kuat rasanya sakit kalau terus kupaksakan untuk meronta.
Akhirnya
aku hanya diam saja ketika Bik Miatun memegangi penisku yang masih
didalam celana pendekku. Pelan tapi pasti aku mulai menikmati pegangan
tangan Bik Miatun pada penisku. Aku hanya bisa diam sambil terus melek
merem merasakan nikmatnya pegangan tangan Bik Miatun. lalu Bik Miatun
mulai melepas kancing celanaku dan melorotkanya kebawah. Penisku sudah
mulai tegang dan tanpa rasa jijik Bik Miatun Jongkok dihadapanku dan
menjilati penisku.
"Ach.. Bik.. geli," kataku sambil memegangi rambut Bik Miatun.
Bik
Miatun nggak peduli dia terus saja mengulum penisku, Bik Miatun berdiri
lalu membuka kancing bajunya sendiri tapi tidak semuanya, kulihat
pemandangan yang menyembul didepanku yang masih terbungkus kain kutang
dengan ragu-ragu kupegangi. Tanpa merasa malu, Bik Miatun membuka tali
kutangnya dan membiarkan aku terus memegangi susu Bik Miatun, dia
mendesah sambil tangannya terus memegangi penisku. Tanpa malu-malu
kuemut pentil Bik Miatun.
"Ach.. Jon.. terus Jon.."
Aku masih
terus melakukan perintah Bik Miatun, setelah itu Bik Miatun kembali
memasukkan penisku kedalam mulutnya. aku hanya bisa mendesah sambil
memegangi rambut Bik Miatun.
"Bik aku seperti mau pipis," lalu Bik
Miatun segera melepaskan kulumannya dan menyingkapkan jaritnya yang
basah, kulihat Bik Miatun nggak memakai celana dalam.
"Sini Jon..," Bik Miatun mengambil posis duduk, lalu aku mendekat.
"Sini.. masukkan penismu kesini." sambil tangannya menunjuk bagian selakangannya.
Dibimbingnya penisku untuk masuk ke dalam vagina Bik Miatun.
"Terus Jon tarik, dan masukkan lagi ya.."
"Iya Bik" kuturuti permintaan Bik Miatun, lalu aku merasakan seperti pipis, tapi rasanya nikmat sekali.
Setelah itu aku menyandarkan tubuhku pada tembok.
"Jon.. gimana, tahu kan rasanya sekarang?" tanya Bik Miatun sambil membetulkan tali kancingnya.
"Iya Bik.."jawabku.
Esoknya
setiap isi rumah menjalankan aktivitasnya, aku selalu melakukan adegan
ini dengan Bik Miatun. Saat itu hari Sabtu, kami nggak nyangka kalau Non
Kristin pulang pagi. Saat kami tengah asyik melakukan kuda-kudaan
dengan Bik Miatun, Non Kristin memergoki kami.
" Hah? Apa yang kalian lakukan! Kurang ajar! Awas nanti tak laporkan pada papa dan mama, kalian!"
Melihat Non Kristin kami gugup bingung, "Jangan Non.. ampuni kami Non," rengek Bik Miatun.
"Jangan laporkan kami pada tuan, Non."
Akupun
juga takut kalau sampai dipecat, akhirnya kami menangis di depan Non
Kristin, mungkin Non Kristin iba juga melihat rengekan kami berdua.
"Iya sudah jangan diulangi lagi Bik!!" bentak Non Kristin.
"Iy.. iya Non," jawab kami berdua.
Esoknya
seperti biasa Non Kristin selalu bangun siang kalau hari minggu, saat
itu Bik Miatun juga sedang belanja sedang Pak Beny dan Istrinya ke
Gereja, saat aku meyirami taman, dari belakang kudengar Non Kristin
memanggilku,
"Joon!! Cepat sini!!" teriaknya.
"Iya Non," akupun bergegas kebelakang tapi aku tidak menemukan Non Kristin.
"Non.. Non Kristin," panggilku sambil mencari Non Kristin.
"Tolong ambilkan handuk dikamarku! Aku tadi lupa nggak membawa," teriak Non Kristin yang ternyata berada di dalam kamar mandi.
"Iya Non."
Akupun pergi mengambilkan handuk dikamarnya, setelah kuambilkan handuknya "Ini Non handuknya," kataku sambil menunggu diluar.
"Mana cepat.."
"Iya Non, tapi.."
"Tapi apa!! Pintunya dikunci.."
Aku
bingung gimana cara memberikan handuk ini pada Non Kristin yang ada
didalam? Belum sempat aku berpikir, tiba-tiba kamar mandi terbuka. Aku
terkejut hampir tidak percaya Non Kristin telanjang bulat didepanku.
"Mana handuknya," pinta Non Kristin.
"I.. ini Non," kuberikan handuk itu pada Non Kristin.
"Kamu sudah mandi?" tanya Non Kristin sambil mengambil handuk yang kuberikan.
"Be..belum Non."
"Kalau belum, ya.. sini sekalian mandi bareng sama aku," kata Non Kristin.
Belum
sempat aku terkejut akan ucapan Non Kristin, tiba-tiba aku sudah berada
dalam satu kamar mandi dengan Non Kristin, aku hanya bengong ketika Non
Kristin melucuti kancing bajuku dan membuka celanaku, aku baru sadar
ketika Non Kristin memegang milikku yang berharga.
"Non..," sergahku.
"Sudah ikuti saja perintahku, kalau tidak mau kulaporkan perbuatanmu dengan Bik Miatun pada papa," ancamnya.
Aku
nggak bisa berbuat banyak, sebagai lelaki normal tentu perbuatan Non
Kristin mengundang birahiku, sambil tangan Non Kristin bergerilya di
bawah perut, bibirnya mencium bibirku, akupun membalasnya dengan ciuman
yang lembut. Lalu kuciumi buah dada Non Kristin yang singsat dan padat.
Non Kristin mendesah, "Augh.."
Kuciumi, lalu aku tertuju pada
selakangan Non Kristin, kulihat bukit kecil diantara paha Non Kristin
yang ditumbuhi bulu-bulu halus, belum begitu lebat aku coba untuk
memegangnya. Non Kristin diam saja, lalu aku arahkan bibirku diantara
selakangan Non Kristin.
"Sebentar Jon..," kata Non Kristin, lalu Non
Kristin mengambil posisi duduk dilantai kamar mandi yang memang cukup
luas dengan kaki dilebarkan, ternyata Non Kristin memberi kelaluasaan
padaku untuk terus menciumi vaginanya.
Melihat kesempatan itu tak kusia-siakan, aku langsung melumat vaginanya kumainkan lidahku didalm vaginanya.
"Augh..
Jon.. Jon," erangan Non Kristin, aku merasakan ada cairan yang mengalir
dari dalam vagina Non Kristin. Melihat erangan Non Kristin kulepaskan
ciuman bibirku pada vagina Non Kristin, seperti yang diajarkan Bik
Miatun kumasukkan jemari tanganku pada vagina Non Kristin. Non Kristin
semakin mendesah, "Ugh Jon.. terus Jon..," desah Non kristin. Lalu
kuarahkan penisku pada vagina Non Kristin.
Bless.. bless.. Batangku
dengan mudah masuk kedalam vagina Non Kristin, ternyata Non Kristin
sudah nggak perawan, kata Bik Miatun seorang dikatakan perawan kalau
pertama kali melakukan hubungan intim dengan lelaki dari vaginanya
mengeluarkan darah, sedang saat kumasukkan penisku ke dalam vagina Non
Kristin tidak kutemukan darah.
Kutarik, kumasukkan lagi penisku seperti yang pernah kulakukan pada Bik Miatun sebelumnya. "Non.. aku.. mau keluar Non."
"Keluarkan saja didalam Jon.."
"Aggh.. Non."
"Jon.. terus Jon.."
Saat
aku sudah mulai mau keluar, kubenamkan seluruh batang penisku kedalam
vagina Non Kristin, lalu gerkkanku semakin cepat dan cepat.
"Ough.. terus.. Jon.."
Kulihat
Non Kristin menikmati gerakanku sambil memegangi rambutku, tiba-tiba
kurasakan ada cairan hangat menyemprot ke penisku saat itu juga aku juga
merasakan ada yang keluar dari penisku nikmat rasanya. Kami berdua
masih terus berangkulan keringat tubuh kami bersatu, lalu Non Kristin
menciumku.
"Terima kasih Jon kamu hebat," bisik Non Kristin.
"Tapi aku takut Non," kataku.
"Apa
yang kamu takutkan, aku puas, kamu jangan takut, aku nggak akan bilang
sama papa" kata Non Kristin. Lalu kami mandi bersama-sama dengan tawa
dan gurauan kepuasan.
Sejak saat itu setiap hari aku harus
melayani dua wanita, kalau di rumah hanya ada aku dan Bik Miatun, maka
aku melakukannya dengan Bik Miatun. Sedang setiap Minggu aku harus
melayani Non Kristin, bahkan kalau malam hari semua sudah tidur, tak
jarang Non Kristin mencariku di luar rumah tempat aku jaga dan di situ
kami melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar